SUARAKAN.COM : Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia bersama Yayasan Atma Nusvantara Jati (ATSANTI Foundation) menggelar konser musik budaya bertajuk “Nada Nusantara Live at Borobudur” Selasa, 27 September 2022 di Taman Aksobya, Kawasan Percandian Borobudur.
Konser ini gratis untuk masyarakat Borobudur, dan membayar tiket masuk Candi Borobudur untuk publik
Konser yang bertempat di Taman Aksobya, Kawasan
Percandian Borobudur ini, menampilkan para musisi, di antaranya Ridho Hafiedz, Ardhito Pramono, Yura Yunita, Marcello Tahitoe, dan musisi-musisi dari 3 daerah; Jawa Tengah, Bali, serta Maluku.
Konser ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan program Kemendikbudristek dan Atsanti
Foundation bernama serupa, yaitu Nada Nusantara.
Program ini adalah sebuah wujud upaya Preservasi, Inspirasi, dan Regenerasi budaya di Indonesia, khususnya melalui kacamata seni musik dan alat musik tradisional, sehingga tetap relevan, terkini, dan diminati oleh generasi muda.
“Sejak Mei 2020, Yayasan ATSANTI melalui berbagai program secara konsisten mengajak berbagai pihak untuk mengenali, mencintai, serta memajukan musik tradisi Nusantara melalui inovasi dan kreasi baru yang segar. Pada program Nada Nusantara ini, ATSANTI menggandeng beberapa musisi kontemporer untuk turut mengampanyekan penggunaan alat musik tradisi dalam karya musik mereka,” ucap M.F. Nilo Wardhani, Ketua Yayasan ATSANTI.
Program ini telah dimulai pada pertengahan 2022 di tiga titik daerah, yaitu Jawa Tengah, Bali, dan Maluku, dengan detail kegiatan mulai dari workshop dan Forum Group Discussion (FGD);
Kolaborasi penciptaan musik baru antara musisi kontemporer dan musisi-musisi dari tiga daerah; serta pembuatan dokumenter yang bertujuan merekam perjalanan budaya, proses belajar, dan proses mencipta para musisi.
Dokumenter tiga episode dari 3 destinasi ini lengkapnya akan bisa ditonton segera di IndonesianaTV, YouTube channel Budaya Saya, dan YouTube channel Atsanti Foundation.
Para musisi yang terlibat dalam rangkaian kegiatan di atas, akan turut tampil dalam gelaran konser nanti, menampilkan tidak hanya karya-karya dari daerah masing-masing, tetapi juga menampilkan lagu baru hasil kolaborasi dari 3 daerah; “Ku Selalu di Sini” (Ridho Hafiedz, Marcello Tahitoe, para musisi Jawa Tengah), “Nada Kaya” (Ridho Hafiedz, Yura Yunita, para musisi Karangasem, Bali), dan “Nusa Ina” (Ridho Hafiedz, Ardhito Pramono, dan para musisi Ambon, Maluku).
Ridho Hafiedz, salah satu musisi legendaris kebanggaan Indonesia, menyatakan alasannya tergerak untuk terlibat dalam program Nada Nusantara.
“Ini jadi wujud partisipasi saya untuk edukasi dan regenerasi musik Nusantara, sehingga bisa jadi warisan bagi generasi penerus bangsa. Semoga alat musik tradisi juga bisa semakin dikenal, dan masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah se-Indonesia,” katanya.
Para musisi dari tiga daerah yang akan berpartisipasi, antara lain Sanggar Wasesa Ananta Karangasem Bali asuhan Anak Agung Gede Krisna Dwipayana, Sekaa Penting Merdu Komala, Komunitas Seni Gurnita Sandi Karangasem Bali, Sanggar Booyratan, Amahusu, Ambon asuhan Yonas Silooy, Molucca Bamboowind Orchestra asuhan Rence Alfons dari Dusun Tuni, Ambon, Sanggar Hatukau Negeri Batu Merah Ambon asuhan Usman Ipaenin, Grizzly Cluivert Nahusuly (rapper) dari Ghetto Side Ambon, Mollucas Manise, Sanggar Taliwangsa asuhan Bapak Haryanto dari ISI Yogyakarta Jurusan Etnomusikologi, Sanggar Mahesa Lodra Borobudur, dan Sanggar Tari Avadana Borobudur asuhan Elisabeth Pangesti dan Ganang Tri Laksana.
Candi Borobudur menjadi lokasi konser, selain karena mengandung nilai histori yang panjang tentang peradaban manusia, juga saksi nyata bahwa alat musik Nusantara telah hidup sejak abad 8 M. Terbukti dari pahatan lebih dari 40 jenis alat musik di panel-panel relief candi.
Konser ini tidak hanya mempertunjukkan gelaran aksi para musisi berbakat anak negeri, tetapi juga merayakan berkelindannya musik budaya Nusantara. Selamat menonton kolaborasi indah dalam konser Nada Nusantara. Semoga musik budaya tetap lestari dan regenerasi. Dicintai tidak hanya di negeri sendiri, tetapi juga di belahan dunia lebih luas lagi. (Wis)